Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan letusan dan hembusan awan panas Gunung Semeru terus meningkat sejak tahun 2021. Awan panas tersebut sering menuju ke tenggara, khususnya ke arah Jembatan Sungai Besuk Kobokan di Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi, Hendra Gunawan, menjelaskan bahwa data letusan Gunung Semeru sejak 2021 hingga saat ini menunjukkan peningkatan aktivitas. Erupsi terus menerus terjadi dan menghasilkan gas serta material batuan di sekitar kawah atau puncak gunung.

Sebagian erupsi juga membentuk endapan yang berpotensi menjadi awan panas guguran. Material hasil erupsi tersebut dapat berupa guguran lava pijar atau awan panas yang terendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru. Jika terjadi interaksi dengan air hujan, endapan bersuhu tinggi tersebut dapat menjadi lahar.

Aktivitas kegempaan di Gunung Semeru juga masih tinggi, terutama gempa letusan, gempa guguran, gempa tremor harmonik, dan gempa vulkanik dalam. Data menunjukkan adanya suplai magma yang tinggi dari bawah permukaan gunung. Aktivitas ini juga disertai dengan pelepasan material ke permukaan dan penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko.

Badan Geologi merekomendasikan langkah pencegahan untuk mengurangi dampak erupsi Gunung Semeru. Masyarakat di sekitar gunung diminta untuk menghindari sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, serta tidak beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak berkegiatan dalam radius 5 kilometer dari kawah gunung karena rawan terhadap bahaya lontaran batu.