Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat (Walhi Jabar) menanggapi rencana pemerintah Indonesia yang ingin memamerkan proyek Citarum Harum di ajang World Water Forum ke-10 di Bali pada 18-25 Mei 2024. Direktur Walhi Jabar, Wahyudin, menyatakan bahwa proyek Citarum tidak layak menjadi contoh keberhasilan yang bisa dipamerkan ke dunia. Menurutnya, keadilan atas hak air hanya dirasakan oleh para pemilik modal dan kaum penguasa. Hal ini terlihat dari privatisasi air oleh perusahaan air kemasan dan eksploitasi air yang berlebihan oleh kegiatan bisnis properti seperti hotel, perumahan, mall, dan apartemen. Sementara itu, kalangan menengah ke bawah masih kesulitan mendapatkan haknya atas air. Wahyudin juga mencatat bahwa selama enam tahun program Citarum Harum berjalan, sungai Citarum masih dalam kondisi rusak.

Citarum masih berstatus tercemar tinggi di bagian sub maupun daerah aliran sungainya (DAS). Pencemarannya berasal dari pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dari industri dan sampah domestik. Selain itu, luasan lahan kritis di hulu sungai Citarum terus meningkat. Walhi Jabar juga mempersoalkan tidak adanya transparansi anggaran dalam program Citarum Harum dan kurangnya pelibatan masyarakat di sepanjang aliran sungai. Penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran sungai juga tidak dijalankan dengan tegas.

Rencana untuk mempromosikan proyek Citarum Harum ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga Ketua Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10. Program ini diklaim berhasil menurunkan status kerusakan sungai Citarum dari 'cemar berat' menjadi 'cemar ringan' melalui pengoptimalan pengelolaan sampah, penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran lingkungan, serta edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai.

Sumber: ANWAR SISWADI