Presiden Soekarno semasa hidup memang dikenal bisa mengayomi semua jenis golongan. Karena ia sendiri menekankan jika Indonesia berdiri dari berbagai ragam kultur, etnis dan golongan. Hal itu pulalah yang membuat Indonesia kuat sebagai negara kesatuan.
Kedekatan Soekarno itu salah satunya bsia dilihat saat dirinya mendatangi mukatmar ke-22 Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1959 di Jakarta.
Saat acara muktamar ke-22 NU itu, Soekarno secara khusus datang memberikan sambutan. Bahkan dirinya disambut begitu meriah oleh para hadirin dan para petinggi NU kala itu, seperti Idam Chalid, KH Wahab Chasbullah dll.
istimewa
KH. Wahab sebelumnya memberikan pidato singkat saat Presiden pertama RI itu datang di acara mukatamar. KH. Wahab menerangkan jika hadirnya Soekarno di acara Muktamar itu makin membawa syiar muktamar.
Kedekatan Soekarno itu salah satunya bsia dilihat saat dirinya mendatangi mukatmar ke-22 Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1959 di Jakarta.
Pidato Soekarno di Dalam Mukatamar
Soekarno pun naik ke mimbar dan memberikan pidato. Diterangkan dalam buku "kenang-kenangan Mukatamar ke-22 Parati Nahdlatul Ulama di Jakarta", ditetrangkan jika muktamar NU kala itu digelar saat UUKB (Undang-Undang Keadaan Bahaya) sedang berjalan.
"Peliharalah agar supaya Mu'tamar NU itu berjadaln dengan tenang dan baik", ucap Soekarno dala pidatonya. Sontak pidato itu pun disambut begitu meriah oleh para hadirin.
Kedatangan Soekarno memang mampun membuat gedung di mana mukatamar itu dihelat jadi begitu cair dan sangat meriah. Tepuk tangan pun kerap bergemuruh di sela-sela pidatonya.
Presiden RI pertama itu juga mengatakan, ia mendapatkan banyak pengalaman dan belajar berbagai hal saat datangi mukatamar NU itu.
"...dengan berhadap-hadapannya dengan saudara, saya merasa tambah pengalaman, tambah belajar, maka karena itu pula tatkala saya membentuk kabinet kerja, dengan tegas dalam kabinet kerja itu saya adakan Menteri-Muda Penghubung dengan kaum Alim Ulama", hadirin pun tepuk tangan.