Showbiz

Tips Bijak Keuangan dari Raditya Dika

Raditya Dika berbagi tips mengelola keuangan dengan bijak kepada mahasiswa UGM, hindari FOMO dan fokus pada kebutuhan.

Raditya Dika dan Fenomena FOMO

Raditya Dika, seorang komika dan penulis terkenal, baru-baru ini berbagi wawasan berharga tentang pengelolaan keuangan kepada mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam acara talkshow yang diadakan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Raditya menyoroti fenomena Fear Of Missing Out (FOMO) yang sering kali menjadi jebakan bagi generasi muda. Menurutnya, penting untuk menghindari budaya FOMO dengan pendekatan YOLO yang lebih sehat dan terencana.

Baca juga : Everton Ajukan Tawaran Rp700 Miliar untuk Striker 'Spektakuler'

Mengubah Pola Pikir dan Memahami Opportunity Cost

Raditya menekankan pentingnya mengubah pola pikir self-serving bias, di mana seseorang cenderung menyalahkan faktor eksternal atas kesalahan finansial mereka. Ia menyarankan agar kita lebih jujur pada diri sendiri dan mulai merencanakan pengeluaran dengan lebih bijak. Selain itu, memahami konsep opportunity cost juga menjadi kunci. Setiap keputusan keuangan yang diambil berarti ada pilihan lain yang dilepaskan.

Contohnya, uang sebesar 50 ribu yang dihabiskan untuk hal yang tidak perlu sebenarnya bisa ditabung untuk masa depan. Raditya sendiri sering kali 'membawa tidur' keinginannya untuk membeli sesuatu, dan sering kali keinginan tersebut hilang keesokan harinya.

Membedakan Kebutuhan dan Keinginan

Raditya juga menekankan pentingnya membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah hal yang jika tidak terpenuhi dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, sementara keinginan sering kali hanya didorong oleh hasrat sesaat. Mencatat pengeluaran harian menjadi langkah penting yang masih diterapkan Raditya dalam keluarganya hingga kini.

Setiap akhir bulan, ia dan istrinya melakukan evaluasi keuangan untuk memastikan bahwa mereka berada di jalur yang benar dalam mencapai tujuan finansial mereka, termasuk persiapan pensiun.

Persiapan Dana Darurat dan Investasi pada Keterampilan

Raditya juga mengingatkan pentingnya menyiapkan dana darurat dan memiliki asuransi kesehatan sebelum memulai investasi. Ia mendorong mahasiswa untuk terlebih dahulu berinvestasi pada keterampilan yang dapat meningkatkan nilai diri dan membuka peluang penghasilan lebih besar. Mengikuti pelatihan, belajar komunikasi, atau keterampilan lain yang relevan dengan pekerjaan adalah contoh investasi yang dapat dilakukan.

Karin Zulkarnaen, Kepala Departemen Komunikasi AAJI, berharap melalui acara ini mahasiswa dapat lebih memahami cara mengelola keuangan dengan bijak, menyiapkan anggaran harian, memiliki tabungan, investasi, dan asuransi. Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari belanja impulsif yang didorong oleh tren konsumerisme.