Ibu merupakan seseorang yang sangat dimuliakan dalam Islam. Setiap anak diwajibkan berbakti kepada ibunya, tidak boleh membentak, apalagi durhaka dengan melakukan perbuatan keji kepadanya. Jika seorang anak durhaka kepada ibunya, maka Allah akan memberikan dosa yang teramat besar kepadanya.

Tentang memuliakan seorang ibu, mari kita belajar kepada salah seorang yang teramat cinta kepada ibunya yang hidup di zaman Rasulullah SAW. Pemuda ini tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah, namun ia sangat dicintai olehnya. Pemuda ini merupakan seorang pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman, namanya ialah Uwais Al-Qarni atau Abu Amru Uwais bin Amir bin Jaza al-Qarni al-Muradi al-Yamani.

Kisah Cinta Uwais al-Qarni Ibunya

unplash.com


Uwais al Qarni merupakan seorang anak yatim yang hanya tinggal berdua bersama ibunya. Uwais ini dikenal memliki penyakit belang di tubuhnya. Ia adalah seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya namun ia sangat dicintai oleh Allah SWT dan terkenal di langit.

Dari buku Kisah Kehidupan Uwais al Qarni sang Penghuni Langit Kekasih Tuhan Semesta Alam karya Muhammad Vandestra, Uwais dan ibunya masuk Islam setelah mendengar seruan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah.

Uwais adalah seseorang yang sangat memuliakan sang ibunya. Uwais selalu merawat dan memenuhi keinginan ibunya. Sang ibu yang sudah tua ingin sekali pergi haji, namun, ketika itu mereka tidak punya uang dan perjalanan dari Yaman ke Mekkah sangat jauh. 

Pada umumnya orang-orang pergi haji dengan unta dengan membawa banyak perbekalan. Uwais terus berpikir bagaimana caranya agar sang ibu bisa pergi haji sedangkan mereka tidak punya uang. 

Pada suatu ketika, akhirnya Uwais menemukan suatu cara. Ia membeli seekor lembu dan membuatkannya kandang di puncak bukit. Setiap hari, Uwais bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Melihat itu, orang-orang kemudian menganggap tindakannya itu aneh.

Uwais al-Qarni Berangkat Haji Bersama Ibunya

unplash.com


Kegiatan Uwais menggendong lembu itu dilakukan hingga kurang lebih 8 bulan, dan waktu itu berat lembu milik Uwais mencapai 100kg. Ketika musim haji tiba, Uwais merasa otot-ototnya sudah kuat dan siap mengangkat beban. Uwais pun kemudian memberangkatkan haji ibunya dengan cara digendong.

Saat berhaji di Mekkah, Uwais menggendong ibunya ketika wukuf di Arafah dan tawaf di Kabah. Ketika tepat di depan Ka'bah, Uwais berdoa, "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu."

"Bagaimana dengan dosamu?" tanya sang Ibu yang heran karena Uwais tak minta dosanya diampuni.

Uwais menjawab, "dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga."

Allah memberikan karunia kepada Uwais. Penyakit belang ditubuhnya seketika sembuh. Hanya tinggal bulatan putih di tengkuknya.

Perintah Rasulullah pada Abu Bakar dan Ali Untuk Mencari Uwais

Dikisahkan, Rasulullah SAW menyampaikan kepada Umar RA bahwa akan datang seorang pemuda bernama Uwais dari Yaman suku Qaran Kabilah Murad, dan beliau menjelaskan tanda-tanda fisiknya. Tanda di tengkuk itu adalah tanda yang disebutkan Rasulullah kepada Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib untuk mengenali Uwais.

Kemudian Rasulullah bersabda, jika pemuda tersebut meminta kepada Allah SWT, maka doanya tidak pernah tertolak. Untuk mendapatkan doanya, Umar RA pun mencarinya dan menanyakan kepada kabilah-kabilah Yaman ketika mereka datang atau lewat Madinah.

Hingga akhirnya Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, dan seperti pesan Rasulullah SAW, Umar dah Ali meminta Uwais agar mendoakan mereka diampuni oleh Allah SWT. Kisah tersebut termaktub dalam hadits riwayat Muslim dan Ahmad. 

Hadits riwayat Muslim menyebutkan, Umar berkata, "aku mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya sebaik-baik tabi'in itu adalah orang yang bernama Uwais, ia memiliki orang tua, dan padanya terdapat kusta. Suruhlah dia untuk memohonkan ampun untuk kalian."

Sementara, dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia (Uwais), mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi."