News

22 Oktober adalah Hari Santri Nasional : Sejarah Resolusi Jihad dan Peran Ulama

Melalui seruan KH. Hasyim Asy’ari, santri dan ulama berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hari Santri Nasional merupakan salah satu hari bersejarah di Indonesia yang setiap tahun diperingati pada 22 Oktober. Peringatan ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, sebagai bentuk penghormatan terhadap peran besar santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan.

Baca juga : Prediksi dan Analisis Parma vs Torino | 29 September 2025

Hari Santri lahir dari momentum bersejarah Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1945. Seruan ini menjadi pemicu semangat perlawanan rakyat, khususnya dalam pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November 1945.

Latar Belakang Sejarah Hari Santri Nasional

Situasi Indonesia Pasca Proklamasi

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih menghadapi ancaman serius dari pihak sekutu, khususnya Belanda yang berusaha kembali menguasai Indonesia. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya kedaulatan yang baru saja diproklamasikan.

Di tengah situasi genting tersebut, para ulama dan santri di berbagai daerah merasakan panggilan untuk ikut serta mempertahankan kemerdekaan, bukan hanya sebagai kewajiban politik tetapi juga sebagai kewajiban agama.

Lahirnya Resolusi Jihad

Pada 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan fatwa yang dikenal sebagai Resolusi Jihad. Fatwa ini menegaskan bahwa membela tanah air dari penjajah hukumnya fardhu ‘ain (wajib bagi setiap individu muslim).

Isi Resolusi Jihad antara lain:

  1. Setiap muslim wajib membela tanah air dari ancaman penjajah.
  2. Peperangan melawan penjajah merupakan jihad fi sabilillah.
  3. Perjuangan ini harus dilakukan dengan penuh semangat, persatuan, dan pengorbanan.

Resolusi Jihad inilah yang kemudian menjadi pemicu lahirnya Pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Peran Santri dan Ulama dalam Perjuangan Kemerdekaan

1. Mobilisasi Massa

Resolusi Jihad berhasil menggerakkan ribuan santri, kiai, dan masyarakat untuk angkat senjata melawan pasukan sekutu. Pesantren menjadi basis perlawanan sekaligus pusat penyebaran semangat jihad melawan penjajah.

2. Simbol Persatuan

Santri dan ulama berperan sebagai pengikat persatuan rakyat. Dengan landasan agama, perjuangan melawan penjajah menjadi lebih kuat karena dilandasi keyakinan spiritual, bukan sekadar motivasi politik.

3. Pengorbanan Nyawa

Banyak santri yang gugur dalam pertempuran, terutama pada peristiwa heroik di Surabaya. Mereka tercatat sebagai bagian dari pahlawan bangsa yang turut mewarnai sejarah kemerdekaan Indonesia.

Penetapan Hari Santri Nasional

Gagasan untuk menetapkan Hari Santri sudah lama diperjuangkan, khususnya oleh kalangan pesantren dan organisasi Islam. Akhirnya, pada 15 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

Penetapan ini bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk penghargaan negara atas kontribusi besar santri dan ulama terhadap kemerdekaan dan pembangunan bangsa.

Makna Hari Santri Nasional

1. Pengakuan atas Peran Santri

Hari Santri adalah simbol pengakuan negara terhadap kontribusi santri dalam sejarah perjuangan bangsa. Mereka bukan hanya penuntut ilmu agama, tetapi juga pejuang kemerdekaan.

2. Inspirasi Generasi Muda

Santri masa kini didorong untuk meneladani semangat perjuangan para pendahulunya, baik dalam bidang pendidikan, sosial, maupun kebangsaan.

3. Peningkatan Kualitas Pendidikan Pesantren

Hari Santri juga mendorong peningkatan kualitas pesantren agar mampu melahirkan generasi yang berdaya saing, namun tetap berakar pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

Perayaan Hari Santri Nasional di Indonesia

Setiap tanggal 22 Oktober, Hari Santri diperingati dengan berbagai kegiatan, antara lain:

  • Upacara bendera di pesantren, sekolah, dan instansi pemerintah.
  • Kirab santri yang menampilkan kreativitas budaya dan tradisi pesantren.
  • Diskusi dan seminar tentang sejarah resolusi jihad dan peran santri.
  • Doa bersama dan pengajian untuk mengenang jasa para ulama dan santri.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi pengingat sejarah, tetapi juga sarana memperkuat identitas santri sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia.

Relevansi Resolusi Jihad di Era Modern

Meskipun konteksnya berbeda, spirit Resolusi Jihad tetap relevan hingga kini. Bedanya, jihad hari ini tidak lagi di medan perang melawan penjajah, tetapi di medan pembangunan bangsa.

Santri modern diharapkan berkontribusi dalam:

  • Pendidikan dan dakwah untuk mencerdaskan masyarakat.
  • Ekonomi kreatif dengan membangun kemandirian pesantren.
  • Teknologi dan inovasi agar tidak tertinggal dalam arus globalisasi.
  • Perdamaian dunia dengan membawa Islam rahmatan lil ‘alamin.

Kesimpulan

Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober memiliki akar sejarah kuat pada peristiwa Resolusi Jihad 1945. Melalui seruan KH. Hasyim Asy’ari, santri dan ulama berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Penetapan Hari Santri adalah bentuk penghormatan negara terhadap kontribusi besar santri dalam sejarah bangsa. Lebih dari itu, Hari Santri menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mengabdikan diri, baik di bidang pendidikan, sosial, maupun pembangunan bangsa.

Dengan demikian, semangat Hari Santri bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.