Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, seorang ulama sufi yang dijuluki shultanul awaliya atau Rajanya para wali inni rupanya merupakan seorang mufassir. Hal ini terlihat dalam salah satu karyanya dalam bidang tafsir Al-Qur’an yakni Tafsir Al-Jilani. Tafsir yang namanya dinisbatkan dengan laqab (julukan) dibelakang namanyanya ini merupakan salah satu dari sekian banyak karya-karyanya dalam berbagai disiplin kelimuan Islam.
Berdasarkan riwayat, setelah kurang lebih 800 tahun dinyatakan hilang, Tafsir karya ulama asal negeri Gilan ini akhirnya ditemukan. Saat ditemukan, tafsir ini masih utuh 30 juz dan uniknya tafsir ini ditemukan di perpustakan Vatikan.
Menukil Tanwir.id, tafsir al-Jilani terdiri dari 5 Jilid tafsir, di antaranya yaitu: Jilid I dimulai dari muqaddimah, surah al-Fatihah sampai al-Maidah. Jilid II menafsirkan dari surah al-An’am sampai an-Nahl. Kemudian, jilid III terdiri dari mulai surah al-Isra’ sampai surah al-Ankabut. Lalu, jilid IV memuat penafsiran dari surah ar-Rum sampai surah Muhammad. Jilid V berisi penafsiran surah Fath sampai an-Nas. Tafsir al-Jilani setiap menafsirkan suatu surah selalu diawali dengan prolog pengantar dan diakhiri dengan epilog (kesimpulan), dan dalam menafsirkan basmalah pada setiap satu surah dengan surah yang lainnya berbeda.
Tafsir al-Jilani pada segi penulisan menggunakan metode tahlili, yang menurut pendapat Abd al-Hayy al-Farnawi. Bahwa metode tahlili adalah suatu metode tafsir yang berusaha untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi aspek. Yaitu dalam segi maknanya, ayat demi ayat, surah demi surah dan sesuai dengan urutan mushaf Utsmani. Dimulai dari surah al-Fatihah sampai surah an-Nas.
Perihal sumber penafsiran yang digunakan oleh Tafsir al-Jilani dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Maka Tafsir al-Jilani dapat digolongkan sebagai kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’qul. Karena pada proses penafsirannya, kitab Tafsir al-Jilani didominasi dengan ijtihad pemikiran al-Jilani.
Pada segi keluasan penjelasan Tafsir al-Jilani menggunakan metode Ijmali. Yaitu metode tafsir yang menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna ayat secara global. Sedangkan pada segi cara penjelasannya Tafsir al-Jilani menggunakan metode bayani. Suatu metode yang menjelaskan ayat dengan memberikan keterangan secara deskripsi.
Corak dari sebuah tafsir adalah suatu aspek yang sangat bergantung pada bidang keilmuan yang dikuasai oleh seorang mufasir. Dan Tafsir al-Jilani yang merupakan sebuah karya tulis dari Syekh Abdul Qadir al-Jilani menggunakan corak penafsiran isyari. Corak penafsiran ini, tidak terlepas dari kecenderungan al-Jilani pada bidang keilmuan tasawuf.
Corak penafsiran isyari yaitu corak penafsiran yang berupaya untuk memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an baik secara lahir maupun batin. Dan makna lahir sebagai langkah awal untuk memahami makna batin pada ayat-ayat Al-Qur’an.
Pada corak penafsiran isyari yang digunakan oleh al-Jilani selain untuk memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an secara lahir maupun batin. Penafsiran al-Jilani juga selalu dihubungkan dengan ketauhidan, yang mana ketauhidan merupakan pokok ajaran dari tasawuf.
Waspada! Efek Berbicara Demi Allah Menurut Gus Baha yang Perlu Diketahui
5 Cara Mengobati Penyakit Hati yang Dapat Merusak Kesehatan Manusia
Mengapa Sunnah Rasul Tidak Minum Setelah Makan Penting untuk Kesehatan?
Update Terbaru Kesehatan Hamdan ATT Setelah Pecah Pembuluh Darah
IMSYAK 04:06 | SUBUH 04:16 | DUHA 05:54 | ZUHUR 11:41 |
ASHAR 14:46 | MAGHRIB 17:48 | ISYA 18:58 |
Dalam hal percintaan, Libra akan merasakan kebahagiaan dan keharmonisan. Bagi yang lajang, peluang untuk bertemu seseorang yang spesial sangat besar, sementara yang sudah berpasangan akan mengalami momen romantis yang memperkuat hubungan.