Kisah Mistis Gunung Mayit Jawa Tengah, Ada Pintu Gerbang Penghubung Dunia Supranatural

Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi yang terletak di Pulau Jawa, beberapa daerahnya terdiri dari dataran tinggi. Terdapat banyak gunung dengan menyuguhkan keindahan alamnya, serta dapat didaki oleh para pendaki. Salah satunya ialah kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang terdapat gunung Prahu. Gunung ini berada di jajaran dataran tinggi Dieng.

Selain menawarkan ternyata di gunung Prahu juga memiliki beragam kisah mistis yang menyeramakan. Mungkin, gunung ini sudah tidak asing lagi di mata para pendaki. Gunung ini menjadi penghubung empat kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo, Kendal, Batang, dan Temanggung. Ketinggian yang dimiliki oleh Gunung Prahu ialah 2.565 mdpl.

Para pendaki gunung ini memiliki penilaian, bahwa di gunung ini terdapat pemandangan matahari terbit terbaik se-Asia Tenggara. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, gunung ini memiliki nama lain yaitu Gunung Mayit. Nama tersebut berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti jenazah dalam bahasa Indonesia. Dibalik nama ini ada kisah mistis yang terdapat di dalamnya.

Kisah Mistis Gunung Mayit Jawa Tengah

Beberapa orang memiliki asumsi bahwa gunung Mayit ini bukan terbentuk dari alam, namun da mitos yang belum terpecahkan hingga sekarang. Selain itu, katanya gunung ini juga jarang terjamah oleh manusia. Konon beberapa kisah mistis pernah dialami oleh beberapa orang, berikut kisah mistis Gunung Mayit:

1. Asal-usul dijuluki Gunung Mayit

Sebelum dijuluki dengan nama gunung Mayit, sebenarnya gunung ini dikenal dengan sebutan Gunung Prahu. Lantaran jika kita melihat pemandangan dari atas puncaknya, pemandangan sekitar layaknya berbentuk gelombang seperti air laut. Gunung ini diibaratkan prahu yang berada di tengah laut. Kata Prahu berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti kapal.

Namun hal ini berbeda ketika gunung Prahu dilihat dari bawah atau kejauhan. Justru berbentuk seperti mayit (jenazah) yang sedang berbaring. Dikutip dari solopos.com, "Bahkan ada warga yang menyebut seperti pocong yang sedang rebahan." Dari sinilah, kemudian nama Gunung Mayit menjadi populer di tengah masyarakat. Konon banyak kisah mistis menyelimuti gunung ini.

2. Kisah mistis pendaki diikuti sosok hitam

Salah seorang pendaki pernah menceritakan pengalaman mistisnya saat mendaki Gunung Mayit. Kisah ini diceritakan melalui kanal youtube Kisah Tanah Jawa pada Sabtu, 02/07/2022. Seperti dilansir dari pikiranrakyat.com, "Sebelum sampai di basecamp, Arisa dan kawan-kawannya pun melewati sebuah kuburan. Hal tersebutlah yang membuatnya semakin gelisah dan ragu."

Meski mengalami keraguan, Arisa dkk tetap melanjutkan pendakian menuju pucak gunung. Kejadian janggal terjadi, tim pendakian yang bersamanya mulai tidak kompak hingga terjadi pertengkaran. Saat melanjutkan perjalananya, Arisa melihat sosok hitam misterius. Seketika itu, Arisa dan tim mengalami tersesat tak menemukan jalur. Mereka memanjatkan doa, barulah jalur dapat tampak dengan jelas.

3. Tempat Berkumpulnya para Dewa

Konon tempat ini menurut masyarakat sekitar menjadi tempat bersemayamnya para dewa. Seperti dilansir dari solopos.com, "Para dewa ini dipercaya masih sering berkumpul dan titik kumpulnya ada di Candi Arjuno saat turun dari kayangaan." Hal ini juga ada kaitannya dengan ritual pemotongan rambut gimbal pada anak-anak di kawasan Dieng.

4. Oyot Rimpang gerbang penghubung dunia supranatural

Keberadaan mitos ini juga sudah sangat kuat di tengah masyarakat, bahwa gunung Mayit memiliki pintu gaib. Konon menjadi penghubung dunia nyata ke dunia supranatural. Keberadaan oyot rimpang ini berada di salah satu jalur pendakian gunung mayit. Menurut warga sekitar ada pohon yang menyerupai sebuah pintu.

Konon, saat para pendaki telah melewati pohon ini akan masuk ke alam lain. Sehingga pendaki akan mengalami tersesat atau hanya memutar-mutar di daerah tersebut. Namun hal ini merupakan sebuah mitos yang berkembang. Kadanng benar-benar dialami orang tertentu, namun terkadang juga tidak dialami.

Itulah seputar kisah mistis dan mitos gunung Mayit yang hingga kini berkembang di tengah masyarakat. Menyikapi soal kepercayaan, sebaiknya kita kembalikan pada diri masing-masing dan tetap saling menghargai satu sama lain.

(rian adi kurniawan/nn)