5 Amalan 10 Hari Kedua Ramadhan yang Dianjurkan, Lengkap Doanya

Bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Hijriyah, yakni kalender yang dipakai oleh agama Islam. Bulan Ramadhan ialah bulan suci dalam agama Islam, di mana seluruh umat muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Bulan Ramadhan juga dianggap sebagai bulan yang penuh berkah, di mana pahala dari ibadah yang dilakukan diberikan lipat ganda oleh Allah SWT.

Selain itu, di bulan Ramadhan juga terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni malam Lailatul Qadar. Selama bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan dalam meningkatkan ibadah, seperti membaca Al-Qur'an, sholat Tarawih, dan berzikir, serta berlaku lebih baik dan meningkatkan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Sehingga, kamu dapat melaksanakan berbagai amalan supaya memperoleh pahala dan mengisi bulan Ramdhan dengan hal yang baik.

Amalan 10 hari kedua Ramadhan

Berikut ini beberapa amalan yang dianjurkan selama 10 hari kedua Ramadhan, yakni:

1. Membaca Al-Quran

Membaca Al-Quran setiap hari selama Ramadhan sangat dianjurkan. Pada 10 hari kedua, sebaiknya membaca Surah Al-Baqarah, Surah Ali-Imran, Surah An-Nisa dan Surah Al-Maidah.

2. Sholat Tarawih

Sholat Tarawih dilakukan setelah sholat Isya' dan sangat dianjurkan selama Ramadhan. Sebaiknya dilakukan di masjid atau di rumah dengan keluarga.

3. Sholat Tahajud

Sholat Tahajud adalah sholat sunnah yang dilakukan di waktu malam. Dilakukan setelah tidur dan sebelum sholat subuh.

4. Bersedekah

Memberikan sedekah pada 10 hari kedua Ramadhan sangat dianjurkan. Sedekah dapat diberikan kepada fakir miskin, yatim piatu, dan orang-orang yang membutuhkan.

5. Menahan lisan

Menahan lisan menjadi amalan 10 hari kedua bulan Ramadhan lainnya. Hal ini umumnya luput dan tidak diketahui oleh orang-orang. Akan tetapi, menahan lisan dari setiap perkara yang tidak bermanfaat, jika haram hendak memberikan nilai tambah pada ibadah puasa Ramadhan. Menahan lisan ini seperti tidak berbohong dan mengumpat. Kamu harus memahami bahwa seseorang yang tidak mampu menahan lisannya bisa berpotensi menggugurkan pahala puasa.

(pravita windi an/nn)