7 Amalan Sia-Sia di Bulan Ramadhan, Salah Satunya Berkata Dusta

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa untuk umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan ini, umat Islam berpuasa sepanjang hari sebagai bentuk pengorbanan dan memperkuat rasa ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu, bulan Ramadhan juga diisi dengan banyak amalan kebaikan yang dapat dilakukan oleh umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendapatkan pahala yang berlimpah.

Namun, tidak semua amalan yang dilakukan di bulan Ramadhan dapat membawa kebaikan dan mendatangkan pahala. Beberapa amalan malah dapat dianggap sia-sia dan tidak memberikan manfaat apapun bagi kebaikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu amalan sia-sia di bulan Ramadhan adalah berkata dusta.

Berkata dusta adalah perilaku yang sangat dilarang dalam Islam, baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 42, "Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan, dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedang kamu mengetahuinya."

Amalan sia-sia di Bulan Ramadhan

Adapun beberapa amalan sia-sia di Bulan Ramadhan, yakni:

1. Berdusta

Salah satu amalan sia-sia di bulan Ramadhan adalah berdusta. Menjalankan ibadah puasa itu tentunya dapat melatih kejujuran. Orang yang berpuasa harus tetap jujur meskipun tidak ada orang lain di sekitar, karena kejujurannya kepada Allah dan dirinya.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

2. Berkata kotor

Puasa merupakan pendidikan untuk seorang muslim supaya menjadi manusia positif, baik pikiran, perkataan serta perbuatan. Hal ini seperti dala hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya: “Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

3. Tidak ikhlas

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan mengenai banyaknya orang yang puasanya sia-sia: "Kam min shaaimin laisa lahuuhu min shiyaamihi illal juu'u wal 'athsyu"

Artinya: "Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar, dan dahaga." (HR. An Nasa'i dan Ibnu Majjah)

4. Melaksanakan berbagai maksiat

Menjalankan puasa tidak sekadar menahan lapar dan dahaga saja, tetapi sepatutnya seorang yang berpuasa juga menghindari perilaku yang haram. Seperti yang dijelaskan dari Ibnu Rojab Al Hambali berikut:

“Ketahuilah, amalan taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat (yang sebenarnya mubah ketika di luar puasa seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

5. Mencela dan mengajak bertengkar

Apabila terdapat orang yang mencela atau mengajak berkelahi, Rasulullah menganjurkan supaya orang yang berpuasa menahan diri. Selain itu, juga dapat menjawab bahwa dirinya tengah berpuasa: innii shooim.

Apabila terdapat orang yang mengajak berkelahi, maka kita diminta untuk menahan diri. Sebab, jika tidak ditahan maka pahala puasa dapat terkikis dan hilang. Sehingga, puasa akan menjadi sia-sia.

6. Fitnah

Pada hadist yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka menebar fitnah.”

Mengobrolkan keburukan orang lain yang benar-benar terjadi tanpa adanya orang itu dan apabila ia mengetahuinya orang itu dan tidak menyukainya, itu dapat disebut dengan ghibah.

Akan tetapi, perilaku yang lebih besar dosanya ialah fitnah. Apabila seseorang memberitahu keburukan orang lain namun orang itu tidak melaksanakannya. Ini juga dapat membuat puasa jadi sia-sia.

7. Ghibah

Ghibah atau mengatakan keburukan orang lain juga dapat mengakibatkan puasa sia-sia. Hal tersebut seperti berkata keji, mengumpat dan mencela, yaitu sama-sama penyakit lisan.

Tidak hanya itu, ghibah diibaratkan seperti memakan daging saudara sendiri yang sudah meninggal. Selain itu di neraka, siksa terhadap orang yang suka ghibah juga seperti firman Allah surat Al-Hujurat ayat 12:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat,49 : 12)

(pravita windi an/nn)