KH. Abdullah Zen Salam atau yang dikenal sebagai Mbah Dullah Salam adalah salah satu tokoh ulama kharismatik Indonesia yang terkenal dermawan. KH. Abdullah Zen Salam lahir di Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati dan keturunan ke tujuh dari pihak ayah sampai kepada Syaikh Mutamakkin.

Silsilahnya adalah KH. Abdullah Zen Salam bin KH. Abdussalam bin KH. Abdullah bin Nyai Muntirah binti KH. Bunyamin bin Nyai Toyyibah binti KH. Muhammad Hendro bin KH. Ahmad Mutammakin. Yang jika ditarik garis keturunan menunjukkan beliau, KH. Abdullah Zen Salam masih mempunyai garis darah sampai pada Nabiyullah Muhammad SAW yang tepatnya ketururan ke 35.

Kisah Mbah Dullah Salam yang Terkenal Dermawan

Salah satu kisah terkenal dari kedermawanan KH. Abdullah Zen Salam adalah beliau selalu memberi makanan orang-orang setelah mereka selesai mengaji kepadanya, bahkan jika jama'ahnya ratusan hingga ribuan orang dalam satu waktu. Tidak hanya itu, KH. Abdullah Zen Salam juga tidak ragu  dan tidak berat hati untuk memberikan barang pribadinya ketika ada seseorang yang menyatakan tertarik pada barang yang dimilikinya tersebut.
istimewa


Mengutip buku Keteladanan KH Abdullah Zain Salam (Jamal Ma’mur Asmani, 2018), suatu ketika KH. Abdullah Zen Salam sedang mengenakan sebuah setelan jas, kemudian KH Muslich Abdurrahman memuji kalau jas yang dipakai Mbah Dullah tersebut bagus. Beberapa saat setelah itu, Mbah Dullah memberikan jasnya itu kepada Kiai Muslich. Hal serupa juga dilakukanya pada Kiai Tamyiz. Suatu ketika KH. Abdullah Zen Salam memiliki sebuah jas bagus, Kiai Tamyiz yang mengetahui hal itu menjadi tertarik dengan jas yang dimiliki Mbah Dullah tersebut. Tidak lama berselang, KH. Abdullah Zen Salam kembali memberikan jasnya itu untuk Kiai Tamyiz.

Pengasuh Pesantren Al Hikmah Kajen yang merupakan cucu KH. Abdullah Zen Salam, Mujibur Rachman Ma’mun juga menyampaikan kisah terkait kakeknya dengan jasnya. Suatu ketika KH. Abdullah Zen Salam meminta seorang santrinya membeli kain wol untuk dibuat jas. KH. Abdullah Zen Salam memberikan santri tersebut contoh kain yang dimaksud agar tidak salah beli. Santri tersebut akhirnya menemukan jenis kain yang dipesan KH. Abdullah Zen Salam tersebut di sebuah mal di Semarang. Harganya, 3 jutaan per meter. Dia kemudian membawa kain tersebut ke salah seorang penjahit terkenal di Semarang untuk dibikin jas, sesuai dengan arahan KH. Abdullah Zen Salam.

Karena kenal dengan KH. Abdullah Zen Salam, penjahit tersebut menawarkan diri akan mengantarkan jas tersebut ke Kajen manakala sudah jadi, sekaligus sowan ke KH. Abdullah Zen Salam. Tak lama, penjahit yang  tersebut datang ke Kajen untuk mengantarkan jas Mbah Dullah yang sudah jadi.

Setelah diantar ke rumah KH. Abdullah Zen Salam, penjahit tersebut ternyata tidak memungut biaya. KH. Abdullah Zen Salam kemudian menjajal jas tersebut. Menurutnya bagus dan enak dipakai, kemudian penjahit tersebut kemudian undur diri. Beberapa saat kemudian, tamu lain yang tadi ikut sowan ke rumah KH. Abdullah Zen Salam. Tamu yang baru datang itu dengan basa-basinya berkata kalau jas yang dikenakan KH. Abdullah Zen Salam bagus sekali. Mendengar hal itu, KH. Abdullah Zen Salam langsung bertanya apakah dia suka dengan jas tersebut, dan kata tamu itu "Iya, bagus sekali." 

Jas itu dimasukkan lagi ke dalam pembungkusnya. Mbah Dullah kemudian menyerahkan jas tersebut kepada tamu tersebut. “Nek Jenengan remen, monggo Jenengan betho mawon, kangge Jenengan. (Kalau kamu suka, silahkan kamu bawa saja, buat kamu (jasnya),” kata Mbah Dullah kepada tamunya itu.

Begitulah sifat KH. Abdullah Zen Salam yang begitu dermawan. Sampai-sampai barang yang baru sampai di tangannya langsung diberikan kepada orang lain yang tertarik dengan barang tersebut.