Alasan Habib Jindan Menyukai Gerakan 'Cangkem Elek' Gus Baha yang Menggelikan

Ulama kharismatik, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, menceritakan tentang Habib Jindan yang menyukai gerakan cangkem elek. Gus Baha merasa heran dengan hal ini, mengingat Habib Jindan dikenal dengan sopan santunnya.

Cangkem elek adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti mulut jelek atau mulut pedas. Istilah ini digunakan untuk membantah sikap beragama kaum literal yang terkadang usil, dan istilah ini dilekatkan kepada murid kesayangan Mbah Moen.

Gus Baha merasa heran karena Habib Jindan yang sopan dan santun menyukai gerakan cangkem elek. Dalam dakwah-dakwahnya, Habib Jindan menggunakan gerakan ini, yang membuat Gus Baha senang.

Gus Baha menjelaskan bahwa ayahnya, Habib Salim, juga melakukan hal yang sama ketika ada orang yang usil tentang wiridan menggunakan tasbih. Hal ini membuat Gus Baha tertawa.

Gerakan cangkem elek Gus Baha penting untuk merespon sikap beragama kaum literal yang sempit dalam pemahaman agama. Gerakan ini digunakan untuk menghentikan keusilan mereka. Dalam ceramahnya, Gus Baha menceritakan kejadian di Jakarta, di mana ada orang yang mempersoalkan dalil tentang salaman dan wiridan jamaah di masjid setelah salat.

Menurut Gus Baha, sulit mencari hadis Nabi tentang hal itu. Oleh karena itu, dia menggunakan gerakan cangkem elek untuk menunjukkan logika yang tidak konsisten dari sikap beragama kaum literal. Gerakan ini membuat mereka diam seribu bahasa.

Gerakan cangkem elek juga digunakan untuk merespons serangan usil tentang amaliah orang lain. Misalnya, ketika ada yang mempersoalkan ziarah kubur, Gus Baha menjelaskan bahwa ziarah ke makam bukanlah meminta-minta kepada mayyit, melainkan sebagai cara untuk mengingat akan datangnya kematian.

Sikap keberagamaan yang usil dan menyerang amaliah orang lain perlu direspons dengan gerakan cangkem elek. Hal ini penting agar kita bisa menerima perbedaan dalam beragama dan tidak terjebak dalam framing media.