Kisah Inspiratif Shalahuddin Al Ayyubi Penakluk Jarusallem, Wafat Tanpa Meninggalkan Harta 

"Seorang Sholahuddin Al Ayyubi merupakan seorang penakluk Jarusallem dan pembaharu Mesir."

Kisah Inspiratif Shalahuddin Al Ayyubi Penakluk Jarusallem, Wafat Tanpa Meninggalkan Harta 

Shalahuddin Al Ayyubi atau Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi atau Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadzi adalah salah satu tokoh inspiratif Islam yang memiliki jasa besar terhadap Agama Islam. Kisahnya yang paling terkenal adalah ketika berhasil membersihkan akidah menaklukan syiah dan menaklukan pasukan Salib di Jarusallem.

Shalahuddin Al Ayyubi juga merupakan khilafah pertama dan pendiri dari Dinasti Ayyubiyah. Pada masa pemerintahanya, kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi dikenal sebagai khalifah yang bijaksana dan tegas. Sehingga ia sangat disegani oleh prajurit dan rakyatnya.

Asal dan Masa Kecil Shalahuddin Al Ayyubi

Shalahuddin Al Ayyubi atau Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi memiliki nama asli Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadzi adalah seorang 'ajam (non-Arab). Ia lahir di sebuah benteng daerah Tikrtit, Irak, kota yang terletak antara Baghdad dan Mosul  pada tahun 1137 M. Daerah tersebut adalah suatu wilayah di tempat ayahnya menjabat sebagai seorang pemimpin. Shalahuddin memiliki garis keturunan dari seorang pemimpin besar dan suku terhormat, yaitu suku Rawadiyyah dari kawasan Hadzyaniyyah.

Dari Tikrit, Shalahuddin Al Ayyubi dan keluarganya berpindah menuju Mosul. Pada masa kecilnya itu, Shalahuddin Al Ayyubi mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga membuatnya menjadi seorang pemimpin yang hebat. Sang ayah, Najmuddin Ayyub tinggal bersama seorang pemimpin besar lainnya yakni Imaduddin az-Zanki. Imaduddin az-Zanki memuliakan keluarga ini, dan Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat.

Di lingkungan barunya dia belajar menunggang kuda, menggunakan senjata, dan tumbuh dalam lingkungan yang sangat mencintai jihad. Di tempat ini juga Shalahuddin kecil mulai mempelajari Alquran, menghafal hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mempelajari bahasa dan sastra Arab, dan ilmu-ilmu lainnya.

Sebagai 'ajam, ia termasuk orang-orang besar dalam sejarah Islam yang bukan berasal dari bangsa Arab, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan lain-lain.

Diangkat Menjadi Menteri di Mesir

Sebelum pemerintahan Shalahuddin Al Ayyubi, Mesir adalah sebuah wilayah di bawah kekuasaan kerajaan Syiah, Daulah Fathimiyah. Di masa yang berdekatan, Dinasti Fathimiyah yang berjalan stabil mulai digoncang pergolakan di dalam negerinya. Orang-orang Turki, Sudan, dan Maroko menginginkan adanya revolusi. Saat itu Nuruddin Mahmud, paman Shalahuddin, melihat sebuah peluang untuk menaklukkan kerajaan Syiah, ia berpandangan penaklukkan Daulah Fathimiyyah adalah jalan lapang untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan Pasukan Salib.

Nuruddin kemudian akhirnya berhasil merealisasikan kenginannya itu, ia mengirim pasukan dari Damaskus yang dipimpin oleh Asaduddin Syerkoh untuk membantu keponakannya, Shalahuddin al-Ayyubi, di Mesir. Setelah mengetahui kedatangan pasukan besar ini, sebagian Pasukan Salib yang berada di Mesir pun tercerai-berai. Sehingga yang dihadapi oleh Asaduddin dan Shalahuddin hanyalah orang-orang dari Dinasti Fathimyah saja.

Setelah Dinasti Fathimiyah berhasil ditaklukan dan Shalahuddin diangkat menjadi menteri di wilayah Mesir. Namun tidak lama menjabat sebagai menteri di Mesir, dua bulan kemudian Shalahuddin diangkat sebagai wakil dari Khalifah Dinasti Ayyubiyah. Selama dua bulan memerintah Mesir, Shalahuddin membuat kebijakan-kebijakan progresif yang visioner. Ia membangun dua sekolah besar berdasarkan madzhab Ahlussunnah wal Jamaah.

Tujuan membangun dua sekolah itu adalah untuk memberantas pemikiran Syiah di tanah Mesir dan mendakwahkan Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Kebijakan lainnya yang ia lakukan adalah mengganti penyebutan nama-nama khalifah Fathimiyah dengan nama-nama khalifah Abbasiyah dalam khutbah Jumat.

Shalahuddin al-Ayyubi Menaklukkan Jerusalem

Persiapan Shalahuddin untuk menaklukan Pasukan Salib di Jerusalem benar-benar matang. Ia mempersiapkan keimanan dan materi yang luar biasa. Persiapan keimanan ia bangun dengan membersihkan akidah Syiah bathiniyah dari dada-dada kaum muslimin dengan membangun madrasah dan menyemarakkakn dakwah, persatuan dan kesatuan umat ditanamkan dan dibangkitkan kesadaran mereka menghadapi Pasukan Salib. Dengan itu ia berhasil menyatukan penduduk Syam, Irak, Yaman, Hijaz, dan Maroko di bawah satu komando.
Daun.id

pexels.com

Dari persiapan non-materi ini terbentuklah sebuah pasukan besar dengan cita-cita yang sama yang memiliki landasan keimanan yang kuat. Dari segi materi Shalahuddin mengadakan pembangunan makas militer, benteng-benteng perbatasan, menambah jumlah pasukan, memperbaiki kapal-kapal perang, membangun rumah sakit, dan masih banyak lagi.

Pada tahun 580 H, Shalahuddin menderita penyakit yang cukup berat, namun dari sakit tersebut membuat tekadnya untuk membebaskan Jerusalem semakin tinggi. Ia berjanji setelah sembuh dari sakit, ia akan menaklukkan Pasukan Salib di Jerusallem dan membersihkan tanah para nabi tersebut dari kesyirikan trinitas.

Atas karunia dan ridho Allah, Shalahuddin sembuh dari sakitnya. Kemudian Ia mulai mewujudkan tekadnya untuk membebaskan Jerusallem. Namun pada pelaksanaannya, pembebasan Jerusalem bukanlah hal yang mudah. Shalahuddin dan pasukannya harus menghadapi Pasukan Salib di Hathin terlebih dahulu, yang kemudian perang ini disebut sebagai Perang Hathin. Perang besar  pembuka dalam penaklukkan Jerusalem. Dalam perang tersebut kaum muslimin berkekuatan 63.000 pasukan dari para ulama dan orang-orang shaleh berhasil menghabisi kurang lebih 30000 Pasukan Salib dan menawan 30000 lainnya.

Setelah di Hathin, akhirnya kaum muslimin tiba di al-Quds, Jerusalem. Dengan jumlah pasukan yang besar, pasukan Shallahuddin mengepung kota suci itu. Perang pun berkecamuk, Pasukan Salib sekuat tenaga mempertahankan diri, beberapa pemimpin muslim pun menemui syahid mereka –insya Allah- dalam peperangan ini. Melihat keadaan ini, kaum muslimin semakin bertekad untuk segera menaklukkan Pasukan Salib.

Di dalam pertempuran, untuk memancing emosi kaum muslimin, Pasukan Salib memancangkan salib besar di atas Kubatu Shakhrakh. Shalahuddin dan beberapa pasukannya segera bergerak cepat ke sisi terdekat dengan Kubbatu Shakhrakh (bangunan persegi delapan berkubah emas yang terletak di tengah kompleks Masjid Al Aqsha) untuk menghentikan kelancangan Pasukan Salib. Kemudian kaum muslimin berhasil menjatuhkan dan membakar salib tersebut. Setelah itu, jundullah menghancurkan menara-menara dan benteng-benteng al-Quds.

Pasukan Salib yang mulai terpojok dan tercerai-berai kemudian mengajak berunding untuk menyerah. Namun Shalahuddin menjawab, “Aku tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum Nasrani, sebagaimana mereka dahulu tidak menyisakan seorang pun dari umat Islam (ketika menaklukkan Jerusalem)”.

Namun pimpinan Pasukan Salib, Balian bin Bazran balik mengancam, “Jika kaum muslimin tidak mau menjamin keamanan kami, maka kami akan bunuh semua tahanan dari kalangan umat Islam yang jumlahnya hampir mencapai 4000 orang, kami juga akan membunuh anak-anak dan istri-istri kami, menghancurkan bangunan-bangunan, membakar harta benda, menghancurkan Kubatu Shakhrakh, membakar apapun yang bisa kami bakar, dan setelah itu kami akan hadapi kalian sampai darah penghabisan! Satu orang dari kami akan membunuh satu orang dari kalian! Kebaikan apalagi yang bisa engkau harapkan!” 

Shalahuddin pun mendengarkan dan mengikuti kehendak Pasukan Salib dengan syarat. Syarat tersebut adalah, setiap laki-laki dari mereka membayar 10 dinar, untuk perempuan 5 dinar, dan anak-anak 2 dinar. Kemudian pasukan Salib pergi meninggalkan Jerusallem dengan tertunduk dan hina.

Shalahuddin memasuki Jerusalem pada hari Jumat 27 Rajab 583 H / 2 Oktober 1187, kota tersebut kembali ke pangkuan umat Islam setelah selama 88 tahun dikuasai oleh orang-orang Nasrani. Kemudian ia mengeluarkan salib-salib yang terdapat di Masjid al-Aqsha, membersihkannya dari segala najis dan kotoran, dan mengembalikan kehormatan masjid tersebut. Dengan kemenangan tersebut, kaum muslimin berhasil membebaskan kota suci ini untuk kedua kalinya.

Menjadi Khalifah Pertama Daulah Ayyubiyah

Asaduddin adalah termasuk orang yang dipercaya Imaduddin Zanky, gubernur Dinasti Seljuk (di Asia Kecil/Anatolia/Turki Asia) untuk kota Mousul, Irak. Asaduddin Sherkoh, ia adalah jenderal yang tak punya rasa takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah SWT. Ia komandan angkatan perang Syria yang berhasil menghalau dan memukul mundur tentara Salib, baik di Syria maupun Mesir. 

Sherkoh juga berhasil memukul mundur Shawer, seorang menteri khalifah Fathimiyah (Mesir) yang menggabungkan diri dengan tentara Perancis (1168 M). Lalu, 8 Januari 1169 M, ia dinobatkan sebagai Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah di Mesir. Sayang sungguh sayang, dua bulan setelah pengangkatan itu, dia berpulang keharibaan Allah. Setelah Sherkoh meninggal, jabatan Perdana Menteri dipercayakan kepada keponakannya, Shalahuddin Al-Ayyubi. 
Pada posisi ini, Shalahuddin meraih keberhasilan saat menghadang Tentara Salib dan pasukan Romawi Bizantium yang melancarkan perang Salib kedua terhadap Mesir. Kemudian atas perintah Sultan Nurudin, pada tahun 567 H/1171 M, Shalahuddin mengumumkan penutupan Daulah Fatimiyah dan kekuasaan diserahkan semula kepada Daulah Abbasiyah. Sepeninggal Khalifah Al-‘Adid, khalifah Fathimiyah terakhir, Shalahuddin didapuk menjadi penguasa jagad Mesir (1176 M).

Sampai di sini ia kemudian menaklukkan banyak wilayah lain. Ia membangun dinasti Ayyubiyah, dan dialah Sultan pertamanya. Namun sebagai raja besar ia tak menunjukkan perilaku layaknya seorang raja.

Kedermawan Sholahuddin Al Ayyubi

Sholahuddin Al Ayyubi begitu dermawan bahkan kepada ‘musuhnya’. Di tengah suasana perang, Sholahuddin berkali-kali makanan untuk Raja Richard yang jatuh sakit. Tak lupa ia juga mengirimkan tabib terbaik untuk membantu pengobatannya. Kemudian pada setiap hari Senin dan Selasa istananya dibuka untuk siapa saja yang memerlukan uluran tangannya.

Pernah suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Harta dunia baginya seperti buih di lautan lepas.

Hal lain dari Shalahuddin adalah suka berkumpul dengan para ulama dan sufi. Ibn Atsîr mencatat dalam Al-Kamil fi al-Tarikh, jilid 12, halaman 177, Shalahuddin  menghadiri pertemuan para sufi setiap malam Jumat untuk berdzikir, mendengar nasyid, dan puji-pujian kepada Rasulullah. “Shalahuddin berkumpul dan mendengarkan nasyid bersama orang miskin dan kaum sufi. Apabila di antara mereka ada yang bangun untuk menari (dengan tarian tasawuf), ia pun bangkit dan ikut menari,” tulis Ibn Atsîr.

Salahudin Al Ayubbi meninggal tanpa meninggalkan sedikit pun harta. Hal ini karena seluruh hartanya memang telah disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Tujuh abad kemudian, seorang kaisar dari Jerman memberikan sarkofagus marmer untuk ditempatkan di atas makam Salahudin. Kaisar tidak menempatkan sarkofagus di dalam makam dengan alasan untuk menghormati keinginan Salahudin yang tidak ingin jasadnya diganggu.

Wafatnya Shalahuddin Al Ayyubi

Shalahuddin pun wafat meninggalkan dunia yang fana ini. Ia wafat pada usia 55 tahun, pada 16 Shafar 589 H bertepatan dengan 21 Febuari 1193 di Kota Damaskus. Ia meninggal karena mengalami sakit demam selama 12 hari. Orang-orang ramai menyalati jenazahnya, anak-anaknya Ali, Utsman, dan Ghazi turut hadir menghantarkan sang ayah ke peristirahatannya. 

(m. taufik naufal/nf)


Rekomendasi untuk Anda

Berita Terbaru


Zodiak Libra Hari Ini

Percintaan

Dalam hal percintaan, Libra akan merasakan kebahagiaan dan keharmonisan. Bagi yang lajang, peluang untuk bertemu seseorang yang spesial sangat besar, sementara yang sudah berpasangan akan mengalami momen romantis yang memperkuat hubungan.



Libra Selengkapnya







Our Network