Stanggy Nirwana Putri, anak buruh bangunan dari Papua, diterima di FK-KMK UGM berkat kerja keras dan beasiswa.
Perjuangan Stanggy Nirwana Putri
Tangis haru menyelimuti keluarga Stanggy Nirwana Putri, gadis muda dari Papua yang berhasil diterima di program studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM). Meskipun berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, Stanggy berhasil mendapatkan Beasiswa UKT bersubsidi 50% dari UGM, membuka jalan baginya untuk mengejar impian menjadi dokter.
Sejak SMP, Stanggy sudah bercita-cita untuk berkuliah di UGM. Prestasinya yang gemilang selama tiga tahun berturut-turut sebagai juara kelas menambah kepercayaan dirinya. "Selama SMA di SMAN 4 Jayapura, saya aktif mengikuti berbagai perlombaan, seperti tilawah Al-Qur’an, OSN Informatika, lomba jurnalistik FLS2N, lomba pidato, lomba teknologi, bahkan beberapa sudah pernah tembus hingga provinsi," ungkapnya.
Inspirasi dari Dokter Sudanto
Ayah Stanggy, Nuryanto, bekerja sebagai buruh bangunan di Papua setelah merantau dari Bali. Meski awalnya ragu dengan pilihan jurusan kedokteran Stanggy, Nuryanto akhirnya mendukung penuh setelah melihat tekad putrinya. "Awalnya saya sempat bilang ke Stanggy untuk ganti jurusan, tapi ternyata memang dia sukanya kedokteran," katanya.
Pengumuman SNBP menjadi momen yang sangat dinantikan. Keluarga Stanggy berkumpul di rumah kos untuk menunggu hasil. "Ketika Ibu sampai rumah, kita shalat berjamaah lalu membuka pengumumannya bersama. Ketika dibuka dan lulus, Ibu langsung menangis dan peluk saya," cerita Stanggy.
Motivasi Stanggy untuk menjadi dokter juga dipengaruhi oleh sosok inspiratif, dokter Sudanto, yang dikenal sebagai 'Dokter 2000' di Abepura. Dokter Sudanto sering membantu warga tidak mampu dengan tarif murah. "Mudah-mudahan anakku bisa membantu orang-orang seperti dokter Sudanto itu," harap sang Ibu.
Stanggy menyadari bahwa diterima di FK-KMK UGM adalah hasil dari kerja keras dan ketekunannya. Keinginannya untuk menjadi dokter telah tertanam sejak kecil, dan itulah yang terus menguatkannya untuk bertahan dan mengejar cita-cita, meski berasal dari daerah 3T dan bersaing dengan ribuan siswa dari seluruh Indonesia.
"Ayah juga berpesan kalau nanti sudah jadi dokter, harus berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Saya juga berharap nantinya supaya bisa membantu banyak orang," ujarnya.