Kisah Mistis Kota Gaib Padang 12, Konon Dihuni Suku Tak Kasat Mata

Pulau yang berbentuk wayang Semar ini seakan tak pernah habis akan kisah mistisnya. Konon selain kota Saranjana Kalimantan Selatan, juga ada kota gaib lainnya. Kali ini kota gaib berada di wilayah Kalimantan Barat yang disebut-sebut kota Padang 12. Konon, kota misterius ini dihuni banyak banyak dihuni makhluk gaib hingga suku tak kasat mata.

Kota ini sudah fenomenal dikalangan publik, terletak di kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Disebut-sebut kota, anehnya justru area ini terdiri dari tanah kosong yang luas. Kawasan ini dipenuhi padang pasir dan banyak tumbuhan pinus di sekitarnya. Tetapi menurut cerita yang berkembang, kota ini sangat mewah dan megah dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu.

Kabarnya kisah mistis ini pernah dialami oleh seorang Raja Dangdut Rhoma Irama. Kejanggalan ini dialami oleh Raja Dangdut saat konser kedua kalinya di kabupaten Ketapang, ia mengalami banyak perbedaan yang mencolok dibanding dengan konser pertama kalinya. Konon kota ini ddihuni oleh para jin muslim, konon hanya mampu dilihat orang tertentu saja.

Kisah Mistis Kota Gaib Padang 12

Masyarakat sekitar kabupaten Ketapang menyebut Padang 12, tidak jauh berbeda pada umumnya dengan manusia. Orang yang tinggal di kota Padang 12 seringkali disebut orang kebenaran. Disisi lain juga ada yang berpendapat bahwa suku ini merupakan suku tak kasat mata. Artinya hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu saja, berikut tentang kisah mistis kota Padang 12:

1. Pengalaman mistis Raja Dangdut di Padang 12

Kala itu Bang Haji Rhoma Irama pernah diundang oleh warga Limun. Saat itu Raja Dangdut diundang unttuk konser yang kedua kalinya. Namun banyak mengalami perbedaan yang tampak jelas pada saat konser pertamakalinya. Menurut penuturannya Ketapang dirasakan tak semegah saat pertamakali ia datang.

Dilansir dari jatimnetwork.com, memberi penjelasan sebagai berikut;

"Sehingga wajar, jika banyak bangunan yang megah serta peradaban yang maju. Sebab orang yang disebut orang Bunyan itu, sangat kaya. Bahkan konon alat tukar transaksi menggunakan kepingan emas."

2. Kota yang dihuni suku gaib

Konon di kota Padang 12 ini dihuni oleh suku gaib tak kasat mata. Beberapa penduduk sekitar ada yang pernah melihat suku ini di dunia nyata. Mereka melakukan interaksi dengan penduduk setempat dan menggunakan kunyit yang selanjutnya berubah jadi emas. Banyak masyarakat sekitarr yang mempercayai dan hanya orang yang berhati bersih yang mampu melihat keadaan ini.

Yang dimaksud suku gaib ini merupakan suku Limun. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, suku Limun merupakan suku orang suci. Dan hanya orang yang memiliki hati bersih yang dapat berjumpa dengan suku ini.  Selain itu suku Limun ini juga disebut-sebut sebagai orang kebenaran. Konon yang pernah melihat wujudnya, suku ini mirip menyerupai manusia, hanya saja pada bagian tengah antara bibir dengan hidung tak memiliki garis pembelah.

3. Keunikan cara jual beli suku Limun

Suku Limun ini juga memiliki keunikan tersendiri. Konon alat transaksi yang digunakan suku Limun ialah kunyit yang kemudian dapat berubah jadi emas. Keberadaan suku ini dikabarkan telah ada sejak ribuan tahun lalu. Hingga kini menjadi cerita yang berkembang di masyaralkkat sebagai legenda Kalimantan.

Dikutip dari palopoleaks.com, kejadian ini pernah dialami oleh seorang bidan. Berikut ini kisahnya; "Misalnya sebuah kisah terkenal tentang bidan yang didatangi oleh laki-laki bersama istrinya yang akan melahirkan pada tengah malam. Karena tanggung jawab dan merasa iba, bidan pun bersedia membantu proses persalinan."

Setelah proses persalinan usai, pasangan suami istri ini pulang mengaku tak punya uang. Selanjutnya memberikan sebuah kunyit pada seorang bidan tersebut sebagai ganti. Selanjutnya bidan kaget, ternyata di pagi hari kunyit ini telah berubah menjadi sekantong emas. Hingga kini cerita ini terus berkembang di tengah masyarakat sekitar.

Demikianlah kisah mistis yang pernah terjadi di kota gaib Padang 12. Hingga kini kota Padang 12, masih mengundang perhatian banyak orang untuk berdatangan.

(rian adi kurniawan/nn)