Kisah Kesabaran Ibnu Hazm, Menulis Ulang Buku yang Dibakar Pembencinya

"Salah satu sifat yang dimiliki oleh seorang ulama dan pendakwah adalah sifat sabar. Berikut adalah contoh kisah kesabaran dari seorang ulama."

Life | 27 January 2023, 09:55
Kisah Kesabaran Ibnu Hazm, Menulis Ulang Buku yang Dibakar Pembencinya

Nama lengkap Ibnu Hazm adalah Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm. Ia dilahirkan di kota Cordoba pada 30 Ramadhan 384 H atau 7 November 994 M. Pada masanya, Ibnu Hazm termasuk dalam ulama besar Andalus dan termasuk ulama yang sangat produktif dalam menghasilkan karya tulis. Ibnu Hazm menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, hadits, aqidah, fiqih dan lainnya.

Ibnu Hazm telah menghafal Al-Qur'an saat usia yang masih sangat muda, belajar sastra Al-Qur'an beserta hukum-hukumnya, juga yang terkandung dalam Al-Qur'an dari kisah dan berita lainnya. Ia belajar menulis dan selalu melatih kaligrafinya. Ia juga menghafal banyak syair.

Dalam bidang fiqih, mulanya Ibn Hazm bermazhab Syafi’i. Belakangan ia berpindah menjadi seorang Dzahiri. Dia pembela gigih mazhab ini.

Diantara karya-karya Ibn Hazm yang populer adalah Al Ihkam fi Ushuli Al Ahkam, Ibthalu Al Qiyas, Al Muhalla Bi Al Atsar, Jawami’ As Sirah, Jamharah Ansab Al ‘Arab dan banyak lagi karya-karya beliau yang lainnya.
Daun.id

istimewa

Menulis Kembali Karya yang Telah Dibakar

Pernah suatu ketika datang seseorang ke rumah Ibnu Hazm untuk memberinya peringatan agar tidak mengeluarkan serta menulis pendapat dan/fatwa yang menyimpang dan berbeda dari ulama-ulama yang lain yang semasa dengan beliau.

Setelah mendengar peringatan tersebut, Ibnu Hazm hanya berkata kepada orang itu: "Aku menulis pendapat yang aku yakini kebenarannya dan aku merasa puas dengan pendapat itu, aku tidak menulis agar orang lain ridha atau murka kepadaku".

Tak lama setelah peristiwa itu, datang beberapa orang ke rumah Ibnu Hazm dan masuk tanpa izin, mereka mengambil semua buku-buku yang di dalam rumah yang berisi pendapat-pendapat dan fatwa Ibnu Hazm. Orang-orang itu pun membawa buku-buku tersebut ke sebuah tanah lapang yang sudah disiapkan api yang sudah menyala, dan buku-buku itu pun dilemparkan ke kobaran api tersebut.

Ibnu Hazm yang mengikuti mereka hanya pasrah melihat karya-karyanya dilemparkan ke api dengan berucap: "Jika kalian bisa membakar kertas-kertas itu, maka ketahuilah bahwa kalian tidak akan pernah bisa membakar apa yang tertulis di kertas itu; karena ia ada di dalam dadaku. Ia akan selalu berjalan bersamaku ke manapun aku pergi, dan di manapun aku tinggal ia akan tinggal bersamaku, bahkan ia akan bersamaku hingga nanti saat aku berada dalam kuburku". 

Setelah peristiwa pembakaran itu, Ibnu Hazm tidak hilang semangat atau putus asa. Ia dengan semangat menuliskan lagi pendapat beliau yang pernah tertuang di kertas-kertas yang dibakar habis itu bersama orang kepercayaannya. 

Awal Mula Kenapa Ibnu Hazm Belajar Fiqih

Imam Adz Dzahabi dalam kitab Siyaru A’lami an-Nubala (jilid 18/hal 199) menceritkan sebuah kisah tentang alasan Ibnu Hazm Al Andalusi mulai belajar ilmu fiqih. Dengan sanad kisah yang sampai kepada Ibnu Hazam, Imam Syamsuddin Adz-Dzahabi memulai ceritanya:

“Orang tua Imam Abu Bakar ibn Al ‘Arabi yang bernama Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad medengar cerita Ibnu Hazm sendiri tentang sebab dirinya belajar ilmu fiqih.

Suatu hari guru besar madzhab Adz-Dzahiriyah ini (Ibnu Hazm) ikut shalat jenazah di sebuah masjid, ketika beliau masuk ke dalam masjid itu, sambil menunggu dimulainya shalat jenazah, beliau langsung duduk dan tidak shalat tahiyat masjid, kemudian datang seorang laki-laki yang menghampiri beliau dan berkata, “Ayo berdiri! Shalat tahiyat masjid dulu” kata si lelaki itu. Lalu Ibnu Hazm pun berdiri, lalu melaksanakan shalat.

“Setelah pulang dari pemakaman jenazah, beliau kembali lagi ke masjid tersebut, dan waktu itu tepat setelah shalat Ashar, setelah masuk dengan mantap beliau shalat tahiyat masjid, namun ada seseorang yang menghampiri dan berkata, “Duduk! Duduk! Ini bukan waktunya shalat” ucap orang tersebut.

Dua teguran di atas, menjadikan Ibnu Hazm sadar akan kebodohan dirinya. Ia harus menerima beberapa teguran orang lain di khalayak umum. Ia benar-benar merasa tersinggung dan merasa memang harus menerima teguran itu.

Setelah peristiwa itu kemudian, Ibnu Hazm pulang dalam keadaan sedih dan malu. Ibnu Hazm kemudian meminta kepada salah seorang guru pendidiknya agar memberitahunya seseorang yang bisa mengajarinya ilmu fiqih. Kemudian, ditunjukanlah kepadanya seorang faqih bernama Imam Abu Abdillah bin Dahun. 

Setelah bertemu dengan guru fiqih, kepada sang guru fiqih ini beliau ceritakan kejadian yang terjadi di masjid tempo hari. Sang faqih tersebut menganjurkan Ibnu Hazm untuk membaca karya luar biasa dari Imam Malik bin Anas “Al-Muwattha“, selain sebagai pedoman dalam amaliah ibadah, kitab ini juga terbukti otoritasnya.

Mulailah Ibnu Hazm mempelajari dan membaca kitab tersebut dan juga kitab-kitab lainnya selama kurang lebih tiga tahun, seperti yang beliau tuturkan sendiri.

Menariknya, awal mula ia belajar kitab-kitab fiqih, hadits, dan lainnya di umurnya yang sudah mendekati senja, yaitu berumur 36 tahun. Sejak saat itulah, Ibn Hazm meninggalkan ranah politik dan sepenuhnya mengabdi di dunia akademis. Karya Ibn Hazm mengenai agama salah satunya adalah Kitab al-Fasl fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal.

Di umur itulah Ibnu Hazm mulai pengembaraan menjadi seorang pelajar. Kendati belajar di usia yang mendekati senja, pada akhirnya ia muncul sebagai seorang ulama yang sangat kritis, baik terhadap ulama pada masanya maupun ulama sebelumnya. Begitu kajian Ibnu Hazm Al Andalusi terhadap ilmu yang dikuasainya, bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan, jarang ada orang yang dapat menandinginya di masa itu.

Kritiknya terhadap ulama yang tidak sealiran dengannya sangat tajam, sehingga ia mendapat tantangan berat dari ulama pada masanya. Beberapa kali ia difitnah dan diajukan ke penguasa, sehingga pada akhirnya ia diusir ke suatu perkampungan terpencil, Mentalaisam, dan disana ia wafat pada bulan Sya’ban 456 H.

Menurut pengakuan putranya, Abu Rafi’ al-Fadli bin Ali, sebagaimana yang tertera dalam kitab Al-Muhalla bi al-Atsar, sepanjang hidupnya, Ibnu Hazm Al Andalusi sempat menulis lebih kurang empat ratus judul buku yang meliputi lebih kurang delapan puluh ribu halaman. Buku-buku tersebut menyangkut berbagai disiplin ilmu. 

(m. taufik naufal/nf)


Rekomendasi untuk Anda

Berita Terbaru

JADWAL SHOLAT HARI INI

SELASA, 23 APRIL 2024 (JAKARTA PUSAT)
IMSYAK 04:26 SUBUH 04:36 DUHA 06:15 ZUHUR 11:53
ASHAR 15:14 MAGHRIB 17:51 ISYA 19:02  

Zodiak Taurus Hari Ini

Percintaan

Pada bulan April 2024, Taurus akan mengalami perubahan positif dalam hubungan percintaan. Jika sudah memiliki pasangan, hubungan akan semakin harmonis. Bagi yang masih single, ada kemungkinan untuk bertemu dengan seseorang yang istimewa.



Taurus Selengkapnya