Penetrasi internet menjadi tantangan utama dalam pengembangan AI generatif di pedesaan Indonesia.
Pentingnya Kecerdasan Artifisial untuk Masa Depan
Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, menekankan pentingnya penggunaan kecerdasan artifisial (AI) dalam membangun masa depan yang inklusif dan adil. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa yang tersebar di 17 ribu pulau, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan inovasi ini untuk melindungi masyarakat dari berbagai risiko.
Menurut Meutya, sebagian besar profesional telah memanfaatkan kehadiran AI, dan hampir dua pertiganya melihat AI sebagai manfaat daripada ancaman. Hal ini disampaikan dalam acara Information Resilience & Integrity Symposium di Fisipol UGM.
Kesulitan Akses Internet di Pedesaan
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan AI generatif di Indonesia adalah akses internet yang tidak merata. Saat ini, penetrasi internet di perkotaan mencapai sekitar 82 persen, sementara di pedesaan hanya sekitar 62 persen. Ini bukan sekadar angka, tetapi kenyataan yang dihadapi anak-anak di desa terpencil yang kesulitan mengikuti kelas daring.
Meutya menyoroti pentingnya mempercepat penyebaran teknologi antara komunitas perkotaan dan pedesaan untuk memastikan semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat AI.
AI generatif telah berkembang pesat dan digunakan di berbagai sektor. Namun, penggunaannya yang meluas juga menimbulkan tantangan baru bagi negara-negara untuk mengelolanya, baik di tingkat nasional maupun regional.
Tren ini menuntut strategi tata kelola yang akurat, melibatkan kolaborasi lintas pemangku kepentingan dan lintas batas. Hal ini penting untuk memanfaatkan peluang GenAI tanpa mengabaikan potensi risikonya.
Prof. Wening Udasmoro dari UGM mengakui bahwa teknologi AI dapat menimbulkan beragam risiko. Oleh karena itu, perlu ada respons dari pembuat kebijakan melalui regulasi ketat, perusahaan dengan pendekatan humanis, dan masyarakat melalui pendidikan dan literasi digital.
Universitas, termasuk UGM, memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya mempelajari teknologi ini, tetapi juga membantu masyarakat menggunakannya dengan bertanggung jawab.
Dr. Yose Rizal Damuri dari CSIS menyoroti peluang dan risiko GenAI di kawasan Asia-Pasifik. Tantangan saat ini adalah mengembangkan kebijakan dan regulasi yang tepat, serta penggunaan etik untuk AI generatif yang berkembang.
Simposium yang digelar oleh CSIS dan CfDS merupakan forum akademik dan kebijakan internasional. Forum ini dirancang untuk membahas bagaimana kawasan Asia-Pasifik dapat menghadapi gelombang inovasi teknologi sambil menjaga integritas dan ketahanan ruang digital.
Simposium menghadirkan 20 narasumber profesional dan terbagi dalam 4 dialog strategis dan panel paralel yang membahas penipuan keuangan, privasi, manipulasi informasi asing, dan dampak disinformasi terhadap ketahanan demokrasi.