Jarang Diungkap, Ini Kode Rahasia Inggit Garnasih ke Soekarno di Penjara

Soekarno selain dikenal sebagai seorang proklamator dan founding fathers, ternyata juga dikenal sebagau sosok pria yang romantis. Setidaknya itu bisa dilihat pada kisah percintaannya dengan istrinya semasa pergerakan nasional, yakni Inggit Garnasih.

Inggit yang terpaut usia lebih tua dari Soekarno itu menjadi sosok setia sekaligus saksi hidup Soekarno di masa-masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Inggit ditemui Soekarno saat dia masih kuliah di Bandung dulu. Dari sanalah kisah cinta keduanya bermula.

Dalam beberapa tulisannya, Soekarno menjelaskan jika Inggit merupakan sosok istri yang bisa menjadi teman, sekaligus sosok ibu yang dewasa. Inggitlah yang menemani dan merawat Soekarno saat diasingkan di berbagai tempat pengasingannya, termasuk Ende.

Penjara Banceuy

Saat Soekarno dijebloskan di penjara pada Banceuy, Bandung. Saat itu penjara Banceuy digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk menahan orang-orang yang melakukan tindak kriminal dan tahanan politik. Bung Karno mendekam selama delapan bulan di kamar penjara tersebut atas tuduhan pemberontakan dan dijerat pasal-pasal karet haatzai artikelen.

Kamar penjara ini bercat putih, dengan pintu besi bernomor 5 ini adalah tempat Bung Karno mendekam. Kamarnya kecil hanya berukuran 2,5 x 1,5 meter.

Pintu penjara tersebut memiliki sebuah jendela kecil yang dulunya biasa digunakan petugas penjara demi mengetahui keadaan di dalam kamar penjara. Pada celah tersebut kita bisa melihat seluruh isi kamar.

Ya, Bung Karno mendekam di kamar sempit itu. Suasana  hening dan dinginnya tembok penjara menjadi teman Bung Karno selama 8 bulan.

Inggit yang Setia dan Kode Rahasia

Saat di penjara itu,  Inggit Garnasih selalu menjadi wanita yang begitu setia dan terus menemani suaminya tercinta.

Inggit sangat sering dan rutin menjenguk Soekarno. Saat menjenguk tentu ia membawakan bekal makanan dan beberapa buah kesukaan Soekarno. Selain itu, secara lihai, Inggit bisa menyelundupkan beberapa buku dan dan dokumen.

Kisah itu ditulis ulang oleh Ramadan KH dalam "Ku Antar Ke Gerbang" yang diterbitkan pertama kali oleh penerbit Sinar harapan pada 1980.

Mulanya, Inggit menyembunyikan beberapa buku lengkap dengan pulpen di balik kebayanya. Ia mampu mengelabuhi para sipir.

Seiring waktu, penjagaan semakin diketati. Sampai akhirnya, Inggit pun mempunyai kode rahasia berupa huruf braille yang ia tuangkan dalam Al-quran.

Ya, dia menusuk tiap lembaran Al-quran itu dengan jarum hingga membentuk pola-pola atau huruf. Tentu yang tahu isi kode rahasia itu hanyalah Soekarno dan Inggit.

Dari kode rahasia dan buku serta pulpen selundupan Inggit inilah Soekarno menyusun pledoinya yang terkenal berjudul "Indonesia Menggugat!" pada 1930.

Soekarno tetap bisa mengikuti perkembangan politik anti kolonialisme rakyat Indobesia kala itumeski dalam penjara, karena ia terus dikabari oleh Inggit lewat dokumen-dokumen dan kode-kode rahasia berupa huruf braille itu.

(abdul mufid/nf)