Ketika Imam al-Ghazali Menemui Tukang Sol Sepatu dan Turunya Ilmu Laduni

Imam al-Ghazali merupakan ulama besar dan termahsyur dalam sejarah Islam. Ia disebut juga sebagai hujjatul islam yang telah banyak menghafal hadist Nabi SAW. Imam al-Ghazali juga dikenal sebagai ahli dalam filsafat dan tasawuf serta telah banyak mengarang kitab-kitab.

Salah satu karya terkenal dari Imam al-Ghazali adalah kitab Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu Pengetahuan Agama). Semasa muda, al-Ghazali merupakan seorang pemuda yang haus akan ilmu pengetahuan. Al-Ghazali pendai dalam ilmu tafsir Al Quran, hadis, ilmu kalam, dan filsafat.

Beberapa sejarawan Muslim menganggapnya sebagai seorang Mujaddid, yaitu seorang pembaharu Islam yang muncul sekali setiap abad untuk memulihkan iman umat Islam. Selain itu, Imam al-Ghazali adalah sosok yang terkenal sebagai bapak Tasawuf Modern.

Kisah Imam al-Ghazali dengan Tukang Sol Sepatu dan Turunya Ilmu Laduni

Saat Imam Al Ghazali menjadi imam di sebuah masjid, saudaranya Ahmad tidak mau ikut sholat berjamaah bersama Imam al-Ghazali, yang melapor kepada ibunya.

“Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya,” kata Ghazali.

Ibu al-Ghazali kemudian memerintahkan Ahmad agar segera shalat bersama saudaranya al-Ghazali. Ahmad pun lantas melaksanakan perintah sang ibu. Namun di tengah sholat Ahmad melihat darah membasah perut Imam al-Ghazali yang membuat Ahmad memisahkan diri.

Kemudian setelah sholat Imam Al Ghazali bertanya kepada Ahmad, 

“Mengapa engkau memisahkan diri (muffaragah) dalam shalat yang saya imami?".  Saudaranya menjawab: "Aku memisahkan diri, karena aku melihat perutmu berlumuran darah".

Mendengar jawaban saudaranya itu, Imam al-Ghazali kemudian mengakuinya, itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angan masalah fiqih, yaitu tentang haid seorang wanita yang mutahayyirah.

Lalu al-Ghazali bertanya kepada saudaranya: “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu?” Saudaranya menjawab, “Aku belajar ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang sol sepatu." Lalu al-Ghazali lalu pergi kepadanya.

Setelah bertemu denganya, ia berkata kepada Syekh Al khurazy: "Saya ingin belajar kepada Tuan".

Syekh itu berkata: "Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti perintah-perintahku."

Al Ghazali menjawab: "Insya Allah, saya kuat".

Syekh Al Khurazy berkata: "Bersihkanlah  lantai ini".

Al Ghazali kemudian hendak menggunakan dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata: "Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu". Al Ghazali kemudian menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.

Kemudian Syekh berkata: "Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu".

Al Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata: “Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian yang kamu pakai".

Al Ghazali menuruti perintah Syekh al-Khurazy dengan  ridha dan tulus. Namun, ketika Imam al-Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.

Ada riwayat lain, sang guru memerintahkan Imam al-Ghazali menyapu di pasar tanpa menanggalkan baju kebesaran keulamaannya. Imam al-Ghazali secara ikhlas melaksanakan perintah gurunya itu agar dapat mengikis perasaan tinggi "memiliki perasaan berilmu". 

Atas kemampuan Imam Al-Ghazali mengikis serta membuang jauh-jauh sifat ketinggian (tinggi hati) itulah, lantas kemudian Allah pancarkan di dalam hatinya, Nur Makrifatullah. Allah Swt telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.

(m. taufik naufal/nf)