Imam Syafi’i atau Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafiʿi atau Muhammad bin Idris asy- Syafi`i adalah seorang mufti besar Sunni Islam. Dialah pendiri madzhab Syafi’i. Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina. Ketika Idris bin Abbas (ayah Imam Syafi'i) mengetahui bahwa istrinya, Fatimah al-Azdiyyah sedang mengandung. Idris bin Abbas berkata, “Jika engkau melahirkan seorang putra, maka akan aku beri nama Muhammad, dan akan aku panggil dengan nama salah seorang kakeknya yaitu Syafi’i bin Asy-Syaib”.
Ayah Imam Syafi’i meninggal setelah dua tahun kelahirannya, lalu ibunya membawanya ke Makkah, tanah air nenek moyang. Sejak kecil Imam Syafi'i telah menunjukan kecerdasanya, ia cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra.
Ketika sedang menuntut ilmu dan berguru di kota Mekah, Imam Syafi’i di perintahkan oleh gurunya, "wahai Muhammad pergilah engkau ke Madinah untuk berguru lagi, karena sesungguhnya ilmuku sudah habis, semuanya sudah kuajarkan padamu".
Imam syafi’i menuruti perintah sang guru dan beliau segera berpamitan dengan sang ibu. Berkatalah sang Ibu, "pergilah engkau menuntut ilmu di jalan Allah, kita akan bertemu nanti di akhirat." Kemudian Imam Syafi'i Pun berangkat ke Madinah mencari guru untuk mengajarkannya ilmu.
Di Madinah Imam Syafi'i menuntut ilmu kepada Imam Malik. Dalam waktu yang relatif singkat, Imam Syafi'i dapat menyerap ilmu yang diajarkan Imam Malik hingga semua orang kagum dibuatnya. Termasuk sang guru yang pada saat itu merupakan ulama termahsyur dan tertinggi di Madinah. Mengetahui itu, Imam Syafi'i Pun menjadi murid kesayangan Imam Malik.
Setelah itu Imam Syafi'i kemudian pergi ke Iraq dan menimba ilmu di sana. Meski sudah banyak menyerap ilmu di Irak, imam Syafi'i belum ingin pulang karena belum ada panggilan dari ibundanya. Di Iraq Imam Syafi'i berkembang menjadi murid yang terkenal sangat pintar dan tercerdas. Sehingga dalam waktu singkat ia sudah diminta untuk mengajar.
Tak butuh waktu lama, Imam Syafi'i mendapatkan banyak murid. Berbondong-bondong datang mereka yang ingin berguru padanya. Hingga ia pun menjadi ulama besar yang terkenal ke seluruh penjuru Iraq hingga Hijaz.
Ibu imam syafi’i pada setiap tahunnya juga melakukan ibadah haji, dan pada kesempatan yang saman, di tahun itu sang ibu juga melaksanakan ibadah haji. Pada saat itu sang ibu mengikuti kajian dari salah seorang ulama yang mana sang ulama tersebut sering mengucapkan nama imam Syafi'i. Mendengar ulama tersebut sering mengucapkan nama sang anak, setelah pengajian sang ibu pun menjumpai ulama tersebut.
Sang ibu bertanya kepada sang ulama Wahai syekh siapakah itu Muhammad bin Idris Asy Syafi’i? sang ulama pun menjawab bahwa Imam Syafi’i adalah gurunya di Iraq. Karena masih penasaran, sang ibu dengan penasaran menanyakan lagi kepada sang ulama bahwa Muhammad bin Idris Asy Syafi'i yang manakah yang maksud? ulama tersebut pun menjawab bahwa ia merupakan ulama besar yang berasal dari kota mekah.
Sang Ibu pun Terkejut mengetahui bahwa guru ulama tersebut merupakan anaknya. Kemudian sang ulama menanyakan kepada ibu Imam Syafi’i, Pesan apa yang ingin disampaikan kepada sang anak (Imam Syafi'i). Sang ibu pun menjawab bahwa ia telah memperbolehkan sang anak untuk pulang ke rumahnya.
Ketika sang ulama di Iraq, ia kemudian menyampaikan pesan tersebut kepada sang guru. Imam syafi'i yang mendengar kabar tersebut langsung bergegas untuk pulang ke Mekkah.
Mendengar kabar itu, penduduk Iraq sangat sedih, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika sang imam ingin pulang, masyarakat dan murid-muridnya pun telah meberikan bekal kepada sang Imam. Ia pun menerima bekal yang sangat banyak, ratusan ekor unta telah diterimanya dari masyarakat dan muridnya disana.
Sesampainya Imam Syafi'i di pinggir kota mekah, ia pun memerintahkan sang murid untuk me memberitahukan sang ibu bahwa anaknya telah berada di pinggir kota Mekkah. Sang ibu bertanya apakah yang ia bawa? sang murid pun menjawab dengan bangga bahwa sang imam membawa ratusan ekor unta dan harta lainnya. Mendengar itu sang ibu pun marah dan ia tidak memperbolehkan sang anak pulang.
Dengan rasa bersalah, sang murid kembali menjumpai Imam Syafi'i dan menyampaikan bahwa sang ibu marah dan tidak memperbolehkannya pulang. Mendengar berita itu sang imam merasa takut dan menyuruh sang murid untuk mengumpulkan seluruh orang-orang miskin di kota mekah, untuk kemudian ia berikan seluruh harta yang ia bawa hingga yang tersisa hanya kitab-kitab dan ilmunya.
Kemudian sang imam memerintahkan sang murid untuk memberitahu sang ibu tentang hal ini, setelah mendengar kabar itu sang ibu pun memperbolehkan sang Imam Syafi'i untuk pulang.
(m. taufik naufal/nf)
Peru vs Uruguay: Pertarungan Seru di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Doa Menguburkan Kucing: Panduan Lengkap untuk Pecinta Kucing
Siapa Deniz Undav? Bintang Muda Jerman yang Bersinar di UEFA Nations League
5 Strategi Membangun Personal Branding bagi Individu Introvert
Masa Depan Teknologi: Apa yang Dapat Dipelajari dari Anthony Levandowski dan Elon Musk?
YouTube Shorts Kini Diperpanjang Menjadi 3 Menit - Peluang Baru untuk Kreator
Panduan Lengkap Redeem FC Mobile: Cara dan Kode Terbaru Oktober 2024
Khutbah Jumat: Amalan Sunnah dan Keutamaan di Bulan Rabiul Akhir
Dalam hal percintaan, Libra akan merasakan kebahagiaan dan keharmonisan. Bagi yang lajang, peluang untuk bertemu seseorang yang spesial sangat besar, sementara yang sudah berpasangan akan mengalami momen romantis yang memperkuat hubungan.