Ketika Ketum Muhammadiyah AR Fachruddin Menjadi Imam Sholat Tarawih Warga NU

Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah yang memegang rekor sebagai ketum terlama yakni KH Abdul Rozak Fachruddin atau bisa juga dikenal AR Fachruddin atau Pak AR, menjadi salah satu sosok yang sangat penting dalam membesarkan dan mengurus organisasi islam yang didirkan KH Ahmad Dahlan itu.

AR Fachruddin menjabat sebagai Ketum Pengurus Pusat Muhammdiyah dari tahun 1968-1990. AR Fachruddin lahir pada tanggal 14 Februari 1916 di Kulonprogo, Yogyakarta.  A.R. Fachruddin bersekolah formal di Standaard School Muhammadiyah Bausasran, Yogyakarta.

Namun, tak berapa lama kemudian dia diminta kembali ke desanya oleh ayahnya setelah usaha batik ayahnya mengalami kebangkrutan. Pada tahun 1925, A.R. Fachruddin kembali meninggalkan desanya dan bersekolah di Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Kotagede, Yogyakarta.

Selama ini, Muhammadiyah dan NU memiliki perbedaan dalam pelaksanaan sholat tarawih. MUhammadiyah 11 dan Nu biasanya 23 rakaat. Ya, jumlah rakaat plus sholat witirnya.

Siapa sangka, ternyata AR Fachruddin pernah menjadi imam sholat tarawih di masjid NU. Tentu saja, semua warganya adalah kalangan Nahdliyin. Kisah ini cukup menarik.

1. AR Fachruddin Salah Alamat Datangi Masjid

Seperti dilansir dari laman resmi Muhammadiyah. Pak AR, sapaan akrab AR Fachruddin, kala itu sedang mendapatkan undangan untuk mengisi sebuah pengajian di sebuah masjid milik Muhammadiyah.

Ia dijadwalkan seharusnya mengisi pengajian di Masjid At-Taqwa milik Muhammadiyah ternyata salah alamat dan masuk ke masjid berbeda, yakni Masjid At-Taqwa milik NU yang juga tengah mengadakan pengajian.

Di sana, ternyata Pak AR disambut penuh hormat oleh takmir masjid. Saat warga Muhammadiyah menyusul, beliau meminta waktu mengikuti acara di masjid NU itu sampai selesai. Takmir masjid bahkan memaksa Pak AR sekalian menjadi imam salat tarawih yang segera disanggupinya.

2. Menawari Warga NU; "Sholat Tarawih ala NU atau Muhammadiyah?"

Meski berbeda ormas, namun NU dan Muhammadiyah selalu terlihat harmonis dan kompak. Termasuk sesaat sebelum melakukan sholat, takbiratul ikhram. Pak AR yang sudah berada di posisi tempat sholat imam membalikkan badan ke arah jamaah yang notabene warga NU semuanya.

Dan semua jamaah kompak menjawab "NU". Seakan ingin menampakkan ke-NU-an mereka di hadapan pimpinan Muhammadiyah. Pak AR pun kemudian melaksanakn sholat dan mengiyakan kesepakatan sholat tarawih dengan ala NU, 23 rakaat.

Kisah ini dituturkan oleh aktivis Muhammadiyah bernama Nurbani Yusuf pada tahun 2019, seperti dilansir dari muhammadiyah.or.id

3. Warga NU Memilih Sholat Tarawih ala Muhammadiyah

Setelah mencapai sebuah kespekatan tentang sholat tarawih ala NU atau Muhammadiyah? Pak AR pun lantas dengan khusuk dan penuk hikmat mengimami sholat dengan jamaah Nahdliyin itu.

Setelah dapat 8 rakaat, Pak AR kembali berbalik ke arah jamaah sholat tarawih dan kembali bertanya,

“Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?” (Bagaimana bapak-bapak, diteruskan tarawih atau langsung witir?)

Sontak semua jamaah NU itu serempak menjawab, “Salat witir mawon.” (Salat witir saja). Jawab jamaah sambil tertawa masygul. Kisah pertama ini dipopulerkan ulang oleh aktivis Muhammadiyah Nurbani Yusuf pada tahun 2019.

(abdul mufid/nf)